Selasa, 04 Januari 2011

Kisah Buddhis: Kisah Upali Memeluk Agama Buddha

Kisah Buddhis: Kisah Upali Memeluk Agama Buddha

Upali adalah salah satu pengikut utama guru Jain, Mahavira. Karena kecerdasannya, Upali sering muncul dalam debat umum mewakili Jain.

Ada sebuah kejadian di mana Upali berdebat dengan Sang Buddha. Pada akhir perdebatan, Upali sangat terkesan dengan ajaran Buddha sehingga ia meminta untuk diijinkan menjadi seorang pengikut ajaran Buddha. "Yang Mulia, tolong izinkan saya untuk menjadi pengikut Anda".

Menanggapi hal ini Sang Buddha menjawab, "Upali, Anda sedang berada di puncak emosi Anda. Pulanglah dan pertimbangkan dengan hati-hati sebelum Anda memohon pada Saya lagi".

Upali sangat terkesan dengan jawaban tersebut, berkata, "Kalau seandainya guru lainnya, ia akan berpawai dan berkata, 'Murid utama Mahavira telah menjadi pengikut saya'. Tapi Anda, Yang Mulia, Anda memintaku untuk pulang dan kembali. Sekarang, saya bahkan sangat berkeinginan menjadi pengikut Anda. Saya tidak akan berdiri sampai Anda menerima saya ".

Akhirnya, Buddha setuju menerima Upali namun dengan satu syarat, "Upali, selama anda sebagai seorang Jain, Anda selalu memberi sedekah kepada pendeta Jain. Ketika Anda menjadi pengikut Saya, Anda akan LANJUTKAN pemberian sedekah kepada para pendeta Jain. Ini adalah syarat dari Saya".

Upali setuju dengan syarat ini. Ia kemudian menjadi salah satu murid utama Buddha. Upali dikenal sebagai orang yang kemudian menyusun Vinaya, aturan untuk para bhikkhu/bhikkhuni.

Kisah Khema Theri

Kisah Khema Theri

DHAMMAPADA XXVI, 21


Suatu malam, Sakka, raja dewa, datang dengan para pengikutnya untuk memberikan penghormatan kepada Sang Buddha. Ketika mereka sedang bersama Sang Buddha, Khema Theri, dengan kemampuan batin luar biasanya, juga datang melalui angkasa untuk memberikan penghormatan kepada Sang Buddha. Tetapi karena Sakka dan rombongannya berada di sana bersama Sang Buddha, ia hanya menyembah dengan membungkukkan badan kepada Sang Buddha, dan segera meninggalkan Beliau.

Sakka bertanya kepada Sang Buddha siapakah bhikkhuni tadi dan Sang Buddha menjawab, “Ia adalah salah satu muridKu yang paling terkenal; ia dikenal sebagai Khema Theri. Ia tidak ada bandingnya di antara para bhikkhuni dalam hal kebijaksanaan, dan ia mengetahui bagaimana membedakan jalan yang benar dan jalan yang salah”.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 403 berikut:

Seseorang yang pengetahuannya dalam, pandai, dan terlatih dalam membedakan jalan yang benar dan salah, yang telah mencapai tujuan tertinggi, maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.

***

Mencari Sepotong Kebenaran

Mencari Sepotong Kebenaran

Suatu hari seorang pemuda buddhis sedang dalam perjalanan pulang tiba di sebuah tepi sungai yang luas. Menatap putus asa pada hambatan besar dihadapannya, ia merenung selama berjam-jam hanya memikirkan cara bagaimana untuk menyeberangi sungai lebar itu. Tepat ketika ia hendak menyerah melanjutkan perjalanannya, ia melihat seorang guru besar berada di seberang sungai.

Si pemuda buddhis itu berteriak kepada guru tersebut,

"Oh guru bijaksana, bisakah kau katakan padaku bagaimana cara berada di sisi lain dari sungai ini"?

Guru itu merenungkan sejenak melihat ke atas dan ke bawah sungai dan berteriak kembali,

"Anakku, engkau telah berada di seberang sungai".

Kesepian di Tengah Keramaian

Semuanya!!
Baca yang ini juga yaaa....


Kesepian di Tengah Keramaian

Di dunia yang penuh kesibukan dan hingar bingar, ternyata banyak orang merasakan kesepian. Dalam keramaian banyak orang tidak mempunyai waktu untuk berteman. Kesepian sudah menjadi sebuah epidemi. Penyakit yang merajalela di masyarakan modern.

Ada survei yang mengatakan bahwa sepertiga masyarakat modern menderita perasaan kesepian yang akut. Bahkan sebagian berdampak pada ksehatan fisik. Laki2 yang terisolasi, 25% lebih banyak menginginkan kematian dari pada yang punya kekasih atau istri. Bagi wanita 33%.

Mengapa rasa kesepian itu begitu menyakitkan? Hal yang utama adalah kegelisahan tentang eksistensi diri kita. Dalam kesepian, semua pengetahuan, identitas, personality, karakter, EGO menjadi tidak terungkap. Semakin anda menyendiri, semakin anda melihat ada sesuatau yang salah dalam diri anda.Semua yang anda ketahui seumur hidup anda, semua bisa jadi tampak salah. Ini menjadi hal yang menakutkan.

Kolamteratai, kelompok2 social, asosiasi, partai politik, bahkan Buddha Bar; menjadi eksis karena adanya kebutuhan seseorang untuk bermasyarakat. Sehingga mereka punya teman dan tidak sendiri.

Secara umum, kita tidak suka merasa sendiri. Jika kita sedang sendiri, ktia melakukan berbagai aktivitas. Meditasi, nonton TV, membaca, melamun, membuka Kolam Teratai, Chating.

Hal ini sebenarnya cukup aneh. Karena ternyata kita tidak suka menghadapi diri kita apa adanya. Jika kita mengubah rasa kesepian kita menjadi kesendirian, sebenarnya kita bisa mengungkap banyak hal.

Ketika anda sendiri, segala gejolak keinginan yang terpendam akan muncul. Semua rasa ketidaksukaan akan muncul. Anda akan menghadapi diri anda yang sebenarnya.

Saat kita berada dalam kerumunan orang, kita seakan-akan melihat identitas diri kita. Tetapi sebenarnya yang kita lihat adalah identitas palsu. Mengapa demikian? Karena dalam banyak orang kita melihat perbedaan diri kita dengan yang lain. Misalnya, kita lebih muda, saya sarjana IT, saya penulis, saya karyawan, saya tinggi, saya Robby.

Kita mendapat label diri kita. Tetapi sebenarnya label ini tidak ada artinya. Kita tinggi karena orang lain pendek. Kalau kita berada di lingkungan orang yang lebih tinggi, kita menjadi pendek. Saya Sarjana IT karena orang lain bukan. Saya penulis, karena orang lain punya profesi berbeda. Saya Robby karena orang lain punya nama lain.

Jika kita sendiri, tidak ada orang lain yang di jadikan perbandingan. Tidak ada standard yang digunakan untuk membandingkan diri kita. Otomatis semua label ini lenyap. Semua identitas palsu menghilang.

Seluruh kehidupan kita, status kita, KTP, SIM, Passport, sejarah, reputasi, pekerjaan, pencapaian, kebanggaan, tidak ada gunanya dalam kesendirian. Lalu apakah semua lenyap? Tidak !

Saat itu kita akan melihat diri kita yang sesungguhnya!

Pada awalnya kita akan melihat harapan2 dan keinginan kita. Kita melihat kebencian yang ada dalam diri kita. Kita melihat arah yang ingin kita tuju dalam hidup ini.

Rasakanlah kesendirian ini. Jangan takut. Jadikan rasa kesepian menjadi kesendirian. Terimalah apapun yang muncul dari dalam diri anda. Buang semua label palsu. Biarlah kesendirian ini menjadi cermin untuk melihat siapakah diri anda sebenarnya.

Suatu hari, jika Anda sudah siap, saat anda sudah bisa mengenal diri Anda lebih dalam, Anda akan melangkah dengan penuh keyakinan dalam hidup ini. Karena Anda tahu pasti tentang diri anda dan tujuan anda. Anda akan mencintai kehidupan ini dan menerima hidup sebagai sesuatu yang sangat berharga.

_/|\_

Si Cacing

Sudah lama tidak buka web ini..
Selamat membac ^^

Si Cacing

Ada sepenggal cerita indah mengenai dua bhikkhu yang tinggal bersama dalam sebuah biara selama bertahun-tahun; mereka adalah teman baik. Kemudian mereka meninggal dunia selang beberapa bulan satu sama lain. Salah satu dari mereka lahir kembali di alam surga, bhikkhu yang lain lahir kembali sebagai cacing dalam tumpukan kotoran. Yang berada di alam surga itu bersenang-senang, menikmati semua kesenangan surgawi. Tetapi ia mulai berpikir tentang temannya, "Aku ingin tahu di mana sahabat lama saya berada sekarang?"

Jadi ia memindai semua alam surga, tapi tidak bisa menemukan jejak temannya. Kemudian ia mengamati alam manusia, tetapi ia tidak bisa melihat jejak teman di sana. Jadi dia melihat ke dalam dunia hewan dan kemudian serangga. Akhirnya dia menemukannya, temannya d$ilahirkan kembali sebagai cacing dalam tumpukan kotoran ...

Wah Dia berpikir: "Aku akan membantu teman saya. Aku akan pergi ke sana ke tumpukan kotoran dan membawanya ke alam surgawi sehingga ia juga bisa menikmati kenikmatan surgawi dan kebahagiaan hidup di alam indah ini."

Jadi dia pergi ke tumpukan kotoran dan memanggil temannya. Dan cacing kecil merayap keluar dan berkata: "Siapa kau?"

"Saya teman Anda. Kita pernah menjadi biarawan bersama di kehidupan sebelumnya, dan Aku datang untuk membawa Anda ke alam surga di mana kehidupan itu indah dan bahagia."

Tetapi si cacing berkata: "Pergilah, pergi sana!"

"Tapi saya teman Anda, dan aku tinggal di alam surga," dan ia menggambarkan keindahan alam surga kepadanya. Tetapi cacing berkata: "Tidak terima kasih, saya sangat bahagia di sini di tumpukan kotoran. Harap pergi."

Kemudian dewa tersebut berpikir: "Yah kalau aku bisa menangkapnya dan membawanya ke alam surga, ia akan bisa melihat sendiri keindahan dan kebahagiaan di alam surga."

Jadi ia memegang si cacing dan mulai menarik-narik; dan semakin keras ia menarik, semakin keras si cacing melekat di tumpukan kotorannya.

Apakah Anda mendapatkan moral dari cerita ini? Berapa banyak dari kita yang melekat pada tumpukan kotoran kita?

Kuda Hebat Yang Mengetahui(Keberanian)

Kuda Hebat Yang Mengetahui(Keberanian)


Dahulu kala, Raja Brahmadatta memerintah di Benares, sebelah Utara India. Ia mempunyai seekor kuda yang dulunya dilahirkan didaerah Sindh, di desa Sungai Indus, sebelah Barat India. Sebenarnya, kuda ini adalah makhluk yang akan mencapai penerangan (Bodhisatta).

Selain besar dan kuat, kuda tersebut juga sangat pintar dan bijaksana. Ketika ia masih muda, orang-orang menyadari bahwa kelihatannya kuda ini tahu apa yang diinginkan oleh pengendaranya bahkan sebelum diberitahu. Jadi ia dinamai kuda Yang-Tahu.

Ia dianggap sebagai kuda terbaik di antara kuda-kuda kerajaan yang lain, dan diberikan apapun yang berbaik. Kandanya selalu dihiasi dan dijaga agar bersih dan indah. Kuda biasannya patuh kepada majikannya. Yang-Tahu sangatlah setia terutama kepada raja yang telah merawatnya dengan begitu baik. Di antara semua kuda kerajaan Yang-Tahu juga adalah yang paling berani. Jadi raja pun menghormatinya bersenjatanya dan mempercayainya.

Diceritakan bahwa 7 kerajaan tetangga bergabung berama untuk berperang melawan Raja Brahmadatta. Tiap raja membawa 4 pasukan bear - pasukan gajah, kuda, barisan kereta, dan tentara-tentara dan Bersama-sama, ketujuh raja tersebut dengan semua angkatan bersenjatanya mengepung kota Benares.

Raja Brahmadatta mengumpulkan semua menteri dan penasehatnya untuk membuat rencana mempertahankan kerajaan. Mereka menasehati raja tersebut, "jangan menyerah, Kita harus berjuang untuk mempertahankan posisi kita,. Tetapi anda tidak seharusnya membahayakan orang-orang kerajaan dahulu. Sebaliknya kirimkanlah juara diantara para ksatria untuk menggantikan anda di medan laga. Jika ia gagal, barulah anda sendiri yang harus maju".

Jadi Sang raja memanggil juara dari semua ksatria dan bertanya, "Dapatkah anda menang melawan ke-7 raja ini?" Ksatria itu memjawab, "Jika anda mengizinkan saya untuk menaiki kuda yang terberani dan paling bijaksana, kuda hebat Yang-Tahu, hanya dengan begitu ak dapat memenangkan pertempuran". Raja itu setuju dan berkata, "Juaraku, sekarang tergantung pada andam dan Yang-Tahu untuk menyelamatkan negara yang saat ini sedang dalam bahaya. Bawalah bersamamu apapun yang kauperlukan".

Ksatria juara itu pergi ke kandang kerajaan. Ia memerintahkan agar Yang-Tahu diberi makan dengan baik dan dipasangkan baju perlindungan, dengan semua pernik yang diperlukan. Kemudian ia menghormati dan menaiki sadel yang indah tersebut.

Yang-Tahu mengetahui apa yang sedang terjadi. Ia berpikir, "Ketujuh raja ini telah datang untuk menyerang negara dan rajaku, yang telah memberikan makanan, memperhatikan, serta mempercayaiku. Tidak hanya ketujuh raja itu, tetapi juga rombonga tentera mereka yang besar dan kuat mengancam rahaku dan semua penduduk Benares. Aku tidak dapat membiarkan mereka menang. Tetapi aku juga tidak dapat membiarkan ksatria juara ini membunuh raja-raja itu. Karena jikalau demikian maka aku akan ikut membuat tindakan yang salah karena mengambil nyawa makhluk lain, hanya demi satu kemenangan biasa. Maka sebaliknya, aku akan mengajarkan cara yang baru. Aku akan menangkap ketujuh raja tersebut tanpa membunuh siapapun. Ini baru akan merupakan kemenangan yang benar-benar hebat!"

Kemudian yang-Tahu berbicara kepada pengendaranya. "Tuan ksatria, marilah kita memenangkan peperangan ini dengan cara yang baru, tanpa menghancurkan kehidupan. Anda harus hanya menangkap satu raja dalam satu kesempatan, dan tetap kokoh berada di punggungku. Biarkanlah saya menemukan strategi di antara setiap pasukan. Perhatikanlah saya sembari anda menunggang, dan saya akan menunjukkan kepada anda keberanian yang melebihi cara yang lama, cara pembunuhan!"

Dengan mengatakan 'cara baru' dan 'strategi yang baru', dan 'keberanian yang melewati', tampaknya hewan yang mulia itu menjadi lebih hebat daripada kehidupan. Ia maju dengan gagahnya dengan kaki-kakinya yang kuat, dan melihat ke bawah menuju semua pasukan yang mengepung kota itu. Semua mata tertuju kepada makhluk yang luar biasa ini. Bumi bergetar sesaat setelah kaki-kaki depannya menginjak tanah dan ia meleset ke dalam kumpulan empat pasukan dari raja yang pertama. Ia mempunyai kecepatan bagai kilat, kekuatan 100 gajah, dan keyakinan diri yang hebat bagaikan seorang dari dunia yang lain.

Gajah-gajah tersebut tidak dapat mengingat ada kuda lain yang seperti itu, jadi pasukan gajah itu mundur ketakutan. Kuda-kuda yang lain tahu bahwa makhluk yang satu ini adalah saudara serumpun yang patut menjadi tuan mereka, jadi pasukan kuda dan kereta tersebut tegak berdiam dan menunduk hormat sewaktu Makhluk yang Hebat itu lewat. Dan para pasukan yang berbaris terserak bagaikan ditimpa angin ribut.

Raja yang pertama tidak sempat menyadari apa yang terjadi, tahu-tahu ia telah tertangkap dengan mudah dan dibawa kembali ke kota Benares. Demikian juga dengan raja kedua, ketiga, keempat dan kelima.

Dengan cara yang sama raja keenam ditankap. Tetapi salah satu prajuritnya yang setia keluar dari tempat persembunyian dan menusukkan pedannya dalam-dalam pada sisi badan Yang-Tahu yang berani itu. Dengan darah mengalir dari luka tersebut, ia membawa raja keenam dan prajurit tersebut kembali ke kota.

Ketika ksatria penunggang Yang-Tahu mengetahui luka yang berat tersebut, tiba-tiba ia merasa takut untuk menunggang kembali yang-Tahu untuk menghadapi raja ketujuh. Jadi ia mulai mengenakan perlengkapan perang bagi kuda tyang lain, yang memang berbadan hampir sebesar Yang-Tahu.

Melihat hal ini, meskipun sangat menderita dari lukannya yang mematikan, Yang-Tahu berpikir, "Ksatria juara ini kehilangan keberaniannya begitu cepat. Ia belum mengerti benar sifat alami kekuatanku - pengetahuan bahwa kedamaian yang sesungguhnya hanyalah dapat dimenagnkan dengan cara yang damai. Ia mencoba untuk mengalahkan raja ketujuh berserta pasukannya dengan cara seperti lazimnya, mengendarai kuda biasa.

"Setelah mengambil langkah pertama, tidak lagi membunuh makhluk hidup, aku tidak dapat lagi berhenti setengah jalan. Usahaku yang keras untuk mengajarkan cara yang baru akan hilang bagaikan garis yang dibuat di atas air!"

Kuda hebat Yang-Tahu berbicara kepada ksatria tersebut. "Tuan ksatria, raja ketujuh dan pasukannya adalah yang paling kuat di antara yang lainnya. Mengendarai kuda biasa, meskipun anda membunuh 1000 orang dan binatan, anda akan dikalahkan. Aku adalah satu anggota dari rumpun kuda Sindh terhebat yang disebut Yang-Tahu, hanyalah aku yang dapat melewati mereka tanpa melukai siapapun dan membawa raja yang ketujuh kembali dengan hidup-hidup!"

Ksatria tersebut mendapatkan kembali keberaniannya. Kuda yang berani itu kembali tegak berdiri dengan rasa sakit yang menderanya. Meskipun darah terus saja mengalir, ia tetap melesat kedepan dan menembus kumpulan 4 kelompok serdadu, dan ksatria itu berhasil membawa raja ketujuh tersebut. Sekali lai semua jalan yang dilaluinya tanpa pertumpahan darah dan luka. Melihat ketujuh raja telah tertangkap, semua pasukan meletakkan senjata mereka dan meminta perdamaian.

Menyadari bahwa kuda yang-Tahu tidak akan dapat hidup melewati malam itu, Raja Brahmadatta pergi menjenguknya. Ia telah membesarkan kuda itu sejak kuda ini masih muda, jadi ia mencintainya. Ketika ia melihat bahwa kuda itu telah sekarat, ia pun menangis.

Yang-Tahu berkata, "Tuanku raja, aku telah melayani tuan dengan baik. Dan aku telah dapat meninggalkan cara yang lama dan menunjukkan cara yang baru. Sekarang anda harus mengabuli permintaan terakhirku. Anda tidak boleh membunuh ketujuh raja terseut, meskipun mereka telah berbuat salah terhadap anda. Karena kemenangan berdarah akan membawa bibit perang di masa depang. Maafkanlah serangan mereka terhadap anda, biarlah mereka kembali menuju kerajaan mereka masing-masing, dan semoga anda selalu hidup dalam perdamaian mulai dari sekarang".

"Hadiah apapun yang akanh anda berikan kepada saya, sebaliknya berikanlah kepada ksatria juara. Berbuatlah hanya hal-hal yang baik, bermurah hatilah, hormatilah Kebenaran dan janganlah membunuh makhluk hidup apapun. Memerintahlah dengan adil dan penuh kasih sayang".

Kemudian ia menutup mata dan menghembuskan nafas terakhirnya. Raja tersebut menangis, dan semua berduka atas kematian Yang-Tahu. Dengan penghormatan yang sebesar-besarnya mereka mengkremasikan tubuh Yang-Tahu - Makhluk yang akan mencapai Penerangan (Bodhisatta)

Raja Brahmadatta kemudian membawa ketujuh raja tersebut kehadapan Yang-Tahu. Mereka juga menghormati Makhluk yang Hebat ini, yang telah mengalahkan begitu banyak serdadu tanpa menghamburkan setetes darah pun, kecuali darahnya sendiri. Dalam ingatan, mereka membuat perdamaianm dan tidak pernah lagi ketujuh raja ini dan Brahmadatta berperang.

PESAN YANG ADA:
Kedamaian yang sebenarnya hanyalah dapat dimenangkan dengan cara yang damai.

Sabtu, 25 September 2010

Menaklukkan Dewa Brahma Baka (dengan Pengetahuan / Nana)

Menaklukkan Dewa Brahma Baka
(dengan Pengetahuan / Nana)

Duggahaditthi bhujagena sudattha hattham
Brahmam visudhi jutimiddhi bakabhidhanam
Nanagadena vidhina jitava munindo
Tan tejasa bhavatu te jayamangalani

Bagaikan ular yang melilit pada lengan,
Demikian pandangan salah dimiliki oleh Baka, Dewa Brahma yang memiliki sinar dan kekuatan

Raja Para Bijaksana menaklukkannya dengan obat pengetahuan
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna

Ketika Sang Buddha sedang bersemayam di Vihara Jetavana, Beliau mengetahui bahwa Dewa Brahma Baka, mempunyai pandangan yang salah. Ia berpendapat bahwa Brahma-loka (=Alam Brahma) adalah kekal, tetap untuk selama-lamanya, abadi, tidak berubah; selain di alam Brahma tidak ada penyelamatan atau pembebasan secara menyeluruh.
Di dalam kelahirannya yang terdahulu, Dewa Brahma Baka yang berlatih meditasi, terlahir kembali di Surga Vehapphala. Beliau berada di sana selama lima ratus kalpa 2), lalu terlahir kembali di Surga Subhakinna.

Sesudah berada di sana selama enam puluh empat kalpa, ia terlahir kembali di Surga Abhassara, di sana ia berada selama delapan kalpa. Di Surga Abhassara inilah ia mempunyai pandangan salah. Ia lupa bahwa ia pindah dari Alam Brahma yang tertinggi dan terlahir di Alam Surga yang lebih rendah yaitu Surga Abhassara.

Sang Buddha mengetahui pandangan yang salah ini. Beliau lalu menghilang dari Vihara Jetavana dan muncul di Alam Brahma. Vasavatti Mara mengetahui maksud Sang Guru Agung ini; dan ia berniat untuk menghalangi, ia lalu pergi ke Alam Brahma yang sama.
Ketika Sang Buddha mulai berbicara dengan Dewa Brahma Baka, Mara menyela pembicaraan dengan mengatakan bahwa Dewa Brahma Baka amat bijaksana dan mempunyai kekuatan terhadap Dewa Brahma lainnya. Bahwa ialah yang menciptakan dunia ini, menciptakan Gunung Maha Meru (nama gunung tertinggi di dunia ini), dan menciptakan dunia-dunia lain; ia pula yang menentukan kasta atau tingkatan suatu mahluk; ia pula yang menciptakan bermacam-macam binatang.
Mara berkata kepada Sang Buddha :
"Tidak ada seorang pertapapun sebelum Kamu yang berpikir bahwa dunia ini tidak abadi. Dan sesudah mempelajari bahwa segala sesuatu itu tidak abadi, mereka langsung masuk ke neraka. Ada beberapa Dewa Brahma yang menyangkal hal ini, mereka menyatakan bahwa segala sesuatu adalah abadi, maka mereka terlahir kembali di Alam Brahma. Karena itu, lebih baik Kamu mengajarkan hal yang sama, seperti yang para Dewa Brahma lakukan. Saya memberiMu nasehat ini, kalau Kamu mengajarkan doktrin yang sama, maka Kamu akan memperoleh hadiah yang sama pula; tetapi kalau Kamu menyangkalnya maka Kamu akan hancur."

Tetapi Sang Buddha menjawab :

"Saya tahu siapa kamu ini. Kamu adalah Mara si Penggoda, janganlah kamu berpikir kamu dapat mengelabuiKu."

Kemudian Dewa Brahma Baka berkata bahwa Alam Brahma selalu ada, di mana tidak ada kehancuran ataupun kematian.
Tidak ada perpindahan dari satu alam ke alam lain; segala sesuatunya selalu kekal, tetap, abadi, mutlak dan tidak berubah; selain di Alam Brahma tidak ada keselamatan. Dan banyak Para Buddha sebelum Buddha Gotama, kemanakah mereka lenyap? Tidak ada seorangpun yang dapat mengatakan mereka pergi kemana; dan akan lebih baik apabila Buddha Gotama merasa malu dengan doktrinNya, dan lebih baik menerima doktrin yang sama dengan para Dewa Brahma.

Tetapi Sang Buddha Gotama memperlihatkan kemampuanNya yang luar biasa kepada Dewa Brahma Baka, dengan menjelaskan tentang enam kelahiran Dewa Brahma Baka yang terdahulu, dimana Beliau sendiri menghilang tanpa diketahui berada di mana.
Sang Buddha lalu menjelaskan :

Dalam salah satu kelahirannya, Dewa Brahma Baka adalah seorang pertapa yang bertempat tinggal di tepi sungai. Pada waktu itu, ada lima ratus orang pedagang datang dengan membawa keretanya ke tempat yang sama pula, mereka amat sopan dan ramah. Tidak lama kemudian, sapi jantan pertama yang menarik kereta, pulang kembali ke rumah dan diikuti sapi-sapi jantan lainnya. Keesokan paginya, para pedagang itu tidak mempunyai minyak, makanan ataupun air minum, mereka amat kelaparan dan kehausan. Mereka amat lemas, hanya berbaring saja dengan berpikir mereka akan mati di sana. Tetapi pertapa yang melihat mereka dalam kesulitan membawakan air minum, sehingga para pedagang itu selamat dari kematian.

Pada lain waktu, beberapa pencuri mencuri di suatu desa, mereka mengambil barang yang mereka sukai. Si Pertapa yang mengetahui perbuatan para pencuri itu, lalu menciptakan suara-suara dari barang-barang yang mereka curi itu, dalam lima tangga nada yang cukup keras, sehingga para pencuri itu terkejut dan membuang barang-barang yang mereka curi. Dengan ketakutan mereka melarikan diri, karena mengira raja datang.

Pada kesempatan lain, penduduk dari dua desa yang bersisian di tepi sebuah sungai setuju pergi bersama-sama naik sebuah kapal untuk berdagang. Kepergian mereka diketahui oleh Naga jahat yang berniat ingin menghancurkan mereka, tetapi pertapa yang mengetahui niat jahat Naga itu lalu menampakkan dirinya sebagai garuda raksasa. Garuda itu menakut-nakuti dan menyerang Naga jahat itu, sehingga Naga tersebut terbang ketakutan tanpa menyentuh para pedagang. Mereka selamat dari mara bahaya.

Karena tindakan-tindakannya yang penuh dengan cinta kasih kepada mahluk lain inilah, yang menyebabkan pertapa itu terlahir kembali di Alam Brahma.
Sang Buddha Gotama menunjukkan kemampuanNya yang luar biasa sebagai seorang Buddha dalam membabarkan Dhamma, menjelaskan tentang Empat Kesunyataan Mulia. Sehingga pada akhirnya pikiran dari seribu dewa di Alam Brahma terbebas dari kemelekatan dan pandangan keliru.

Dewa Brahma Baka mengakui bahwa apa yang Sang Buddha Gotama katakan adalah benar, dan mengakui pengetahuan Sang Guru Agung yang luar biasa, sehingga ia menyatakan diri berlindung kepada Sang Tri Ratna, demikian pula para Dewa Brahma lainnya. Sang Buddha lalu pulang kembali dari Alam Brahma ke Vihara Jetavana.

Keterangan :
1. Brahma : Dewa istimewa yaitu Dewa yang mempunyai Jhana
2. Kalpa : Umur satu masa dunia